kesehatan

KESEHATAN

Penyakit Jantung Koroner


Kesadaran untuk mulai hidup sehat dengan menghindari faktor-faktor risiko timbulnya penyakit jantung akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan sudah terlanjur terkena penyakit mematikan ini. Dari segi biayanya pun akan lebih ekonomis dalam pencegahan dibandingkan pengobatan.

Seberapa besar peran jantung dalam ‘hidupnya’ seorang manusia? Jantung adalah organ tubuh yang berfungsi sebagai “pemompa darah’’ yang sejak bayi dalam kandungan ibunya telah mulai bekerja dan tidak akan berhenti selama hidup kita. Jika alat ini berhenti bekerja dalam beberapa waktu saja, maka akan berakhirlah suatu kehidupan. Jantung terbentuk dari serabut-serabut otot khusus dan dilengkapi dengan jaringan syaraf yang secara teratur dan otomatis memberikan rangsangan berdenyut bagi otot jantung. Dengan denyutan ini jantung memompa darah ke paru-paru dan seluruh tubuh termasuk arteri koroner (arteri yang memasok/mensuplai darah ke otot-otot jantung).

Dengan semakin tua dan memburuknya kondisi alat-alat tubuh oleh bermacam-macam ‘faktor risiko’ seperti tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol yang meningkat dalam darah dan lain-lain, pembuluh darah akan menyempit dan tersumbat seperti sumbatan karat pada sebuah pipa.

Apa yang terjadi jika yang tersumbat adalah arteri koroner? Aliran darah tidak akan sampai ke otot-otot jantung yang artinya otot-otot jantung tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen sehingga timbulah suatu keadaan yang dikenal sebagai iskemik (ischaemia). Dinding arteri koroner yang mengandung serabut-serabut otot polos, oleh suatu sebab dapat berkerut (spasme) dengan akibat menyempitnya saluran pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak. Manifestasi gejala yang timbul dapat berupa angina pectoris (biasanya timbul karena adanya kekurangan suplai oksigen ke otot jantung pada saat aktivitas ataupun dalam keadan istirahat) dengan sakit yang khas yaitu sesak nafas di tengah dada yang dapat menyebar sampai leher dan rahang, pundak kiri atau kanan dan lengan bahkan sampai terasa tembus ke punggung, kadang-kadang juga dirasakan seperti ‘sulit bernafas’. Kondisi lainnya dikenal dengan acute myocard infarct (AMI) yaitu rusaknya otot jantung akibat penyumbatan arteri secara total yang disebabkan pecahnya plak lemak atherosclerosis pada arteri koroner secara tiba-tiba, dan akan menimbulkan gejala sakit dada yang hebat, nafas pendek dan seringkali penderita akan kehilangan kesadaran sesaat. Kerusakan otot jantung yang terjadi cukup lama dan tidak segera dibuka sumbatannya akan menyebabkan kematian otot jantung dan tidak akan pulih lagi.

Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:

a. Faktor risiko alami (atau yang tidak dapat dicegah) seperti keturunan/genetik, usia, jenis kelamin (perempuan pre menopause mempunyai risiko lebih rendah terhadap penyakit ini dibandingkan laki-laki atau perempuan post menopause ).

b. Faktor risiko yang dapat diperbaiki, dikurangi atau dimodifikasi :

Kolesterol. Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dan dapat juga berasal dari makanan yang kita makan. Sejauh masukan seimbang dengan kebutuhan, maka kita akan tetap sehat. Namun seringkali karena kolesterol mempunyai kadar yang tinggi dalam masakan berlemak (dan biasanya enak) maka kadar kolesterol akan meningkat sampai di atas nilai normal tolerir tubuh kita. Kelebihan itu akan mengendap dalam pembuluh darah arteri yang menyebabkan penyempitkan dan pengerasan yaitu atherosclerosis.

Tekanan Darah Tinggi (hypertensi). Tekanan darah tinggi secara terus menerus akan menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah arteri secara perlahan-lahan, apabila kerusakan dinding ini diperberat dengan endapan lemak/kolesterol akan menimbulkan penyempitan rongga pembuluh darah, dan hal ini juga dapat terjadi pada arteri koroner. Kontrol yang baik pada pasien hypertensi dapat diupayakan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pembuluh darah dan meminimalkan kemungkinan terkena penyakit jantung koroner.

Rokok. Peranan rokok terhadap Penyakit jantung koroner dapat timbul dalam beberapa cara, diantaranya:

· Karbon monoksida (CO) yang terkandung di dalam asap rokok lebih kuat menarik atau menyerap oksigen dibandingkan sel darah merah dengan haemoglobinnya sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan termasuk jantung.

· Perokok memiliki kadar koleseterol HDL (‘kolesterol baik’) yang lebih rendah, berarti pelindung terhadap penyakit jantung koroner menurun.

· Merokok dapat menyembunyikan angina, yaitu sakit dada yang merupakan tanda terhadap adanya sakit jantung. Tanpa adanya gejala tersebut, penderita tidak sadar akan penyakit berbahaya yang sedang menyerangnya.

– Faktor risiko lainnya seperti Obesitas (kegemukan), Diabetes Mellitus, Kurangnya aktivitas fisik, akan dibahas lebih mendalam dalam topik- topik pembahasan berikutnya.

Langkah Langkah Untuk Memperlambat Penyakit Jantung Koroner

# Berhenti merokok.
# Perhatikan Tekanan Darah Anda. Biasanya tekanan darah normal adalah 120 (mm Hg) sistolik dan 80 (mm Hg) diastolik.
# Perhatikan Kolesterol Anda. Kolesterol Anda sebaiknya dibawah 130 (mg/dL). Bilamana Anda telah terkena serangan jantung atau juga menderita diabetes, sebaiknya kolesterol anda dibawah 70 (mg/dL).
# Perhatikan diabetes Anda.
# Makan makanan sehat yang kurang berminyak dan asin seperti buah buahan segar dan sayuran.
# Perhatikan berat Anda. Pria dengan ukuran celana lebih dari 40 inci dan wanita dengan ukuran celana lebih dari 35 inci memiliki resiko lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.
# Kurangi stres sebanyak mungkin dengan relaksasi dan tidak terlalu banyak pikiran.

PENANGGULANGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

1. Obat-obatan

Penyakit jantung koroner (PJK) akibat penyimpitan arteri koroner, sehingga supply darah ke otot jantung berkurang. Maka obat-obat untuk penyakit jantung koroner (PJK) dikelompokkan menjadi 3 :

Pertama, obat-obat yang dapat meningkatkan supply darah ke otot jantung.

* Obat yang melebarkan pembuluh darah koroner. Nitrat : nama dagang dari nitrat ada diantaranya Cedocard, Isoket, Farsorbit, Imdure, ISMO. Efek samping : bagi pasien yang sensitif, dapat menimbulkan sakit kepala yang hebat. Obat ini tidak bisa diberikan pada pasien yang tekanan darah rendah (Hipotensi).
* Obat yang menjamin darah tidak bergumpal: aspirin dosis rendah (Farmasal, Cardio aspirin, Thromboaspilet, Ascardia), tiklopidin (Ticlid), clopidogrel (plavix). Efek samping: pemakaian lama dapat menimbulkan peradangan yang dapat berlanjut menjadi pendarahan lambung. Bagi pasien yang sensitif dapat mengurangi sel darah trombosit dan menimbulkan pendarahan.

Kedua, obat-obat yang menurunkan kebutuhan O2 pada otot jantung. Golongan obat-obat ini memiliki efek menekan laju jantung dan kontraktilitas otot jantung sehingga tidak boleh diberikan pada penderita yang laju jantung pelan dan yang gagal jantung.

* Betablocker (Propranolol, Inderal, Tenormin, Farnormin, Atenolol, Concor, Mentate). Efek samping dari obat-obatan ini dapat mengakibatkan impotensi.
* Calsium antagonis (Herbesser, Dilmen, Diltiazem).

Ketiga, obat-obat untuk penyakit penyerta. Penyakit jantung koroner adalah penyakit degeneratif sehingga sebagian besar mengenai lapisan masyarakat umur pertengahan atau lanjut usia. Pada Kelompok usia ini, kebanyakan penderita juga memiliki penyakit penyerta lain, seperti kencing manis (Diabetes Mellitus), darah tinggi (Hipertensi), Oesteoporis, dan lain-lain. Jadi selain obat-obat penyakit jantung koroner maka obat penyakit penyerta seperti obat kencing manis dan obat darah tinggi harus dikonsumsi bersama-sama.

2. Balon dan pemasangan stent

Balon arteri koroner adalah suatu tehnik menggunakan balon halus yang dirancang khusus untuk membuka daerah sempit di dalam lumen arteri koroner. Apabila pada kateterisasi jantung ditemukan ada penyempitan yang cukup signifikan misalnya 80% penyempitan, maka biasanya dokter jantung menawarkan agar dilakukan balonisasi dan pemasangan stent. Istilah kedoteran yang lengkap dari balon arteri koroner adalah Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty atau disingkat dengan PTCA.

Persiapan dan prosedur melakukan balon arteri koroner hampir sama seprti melakukan kateterisasi jantung. Pasien diberi keterangan lengkap mengenai sebab dilakukan balon, apa keuntungan yang diperoleh dan juga komplikasi yang mungkin terjadi misalnya diseksi (pembuluh darah robek), tamponade (cairan tertimbun di ruang selaput jantung), terjadi trombus sampai serangan jantung atau gagal jantung. Serta kesediaan pasien untuk dilakukan operasi jantung apabila terjadi komplikasi tersebut diatas.

Pasien diminta menandatangani surat persetujuan dilakukan prosedur balonisasi dan juga surat persetujuan dilakukan operasi jantung. Seperti proses kateterisasi, pasien dicukur dan dipuasakan kurang lebih 6 jam. Kemudian dilakukan anestesi lokal dan dimasukkan kateter.

Stelah ujung kateter ditempatkan di pangkal arteri koroner, melalui lobang kateter dimasukkan tubing kecil yang memiliki balon di ujungnya. Tubing kecil ini dimasukkan kedalam arteri koroner tepat di daerah penyempitan, kemudian balon dikembangkan beberapa kali untuk melebarkan daerah yang sempit. Kemudian balon dan kateter dikeluarkan.

Dengan hanya melebarkan arteri yang menyempit dengan balon, angka restenosis atau menyempit kembali dari plak di dalam lumen arteri koroner cukup tinggi. Hal ini disebabkan pada waktu balon dikembangkan, maka trauma yang terjadi bukan saja menyebabkan plak menjadi retak-retak, akan tetapi pada tempat itu juga terjadi produksi bahan stres oksidatif yang disebut isoprostan. Dengan demikian endotel dan otot polos dibawah plak akan terangsang untuk membentu suatu intima baru.

Angka restenosis atau penyumbatan kembali yang tinggi dari balonisasi arteri koroner ini memaksa para ahli mencari akal lain agar dapat mencegah efek saming angioplasti atau balonisasi ini.

Pada tahun 1987 mulai direkomendasi pemasangan stent pada setiap balonisasi. Stent merupakan suatu pegas artifisial atau orang awam menyebutnya sebagai cincin, yang ditempatkan pada daerah penyempitan untuk mengganjal plak aterosklerosis agar tidak menyempit lagi.

Namun kenyataannya, setelah kurang lebih dua puluh tahun sejak diperkenalkannya stent menunjukkan, bahwa pemasangan stent juga belum bisa menyelesaikan masalah karena angka penyumbatan kembali dari arteri koroner masih cukup tinggi yaitu kira-kira 30-40% pada 6 bulan pertama.

Sampai hari ini, berbagai laporan masih menunjukkan bahwa balonisasi dan pemasangan stent (walaupun stent berlapis obat) belum terbukti menurunkan risiko terjadinya serangan jantung ulang dan kematian.

3. Operasi By-pass
Operasi Bypass adalah penyambungan pembuluh darah baru dari pangkal aorta ke distal penyempitan sehingga darah tetap mengalir melalui bypass. Tujuan operasi bypass adalah untuk meningkatkan suplai darah ke miokard sehingga dapat meredakan keluhan nyeri dada, menurunkan kejadian serangan jantung dan memperpanjang hidup pasien.

Selama dilakukan pembedahan, pasien diberikan anestesi umum agar tidak sadar dan tidak merasa sakit. Pernapasan dibantu dengan ventilator. Setelah itu, dinding toraks (dada) dibuka, jantung yang sedang berdenyut dihentikan dengan suhu dingin, kemudian aliran darah yang secara normal dipompakan keluar dari jantung dialihkan pada mesin jantung (heart lung machine).

Dengan demikian, doketr ahli bedah dapat dengan tenang menggunakan sepotong vena atau arteri untuk membuat bypass (jalan pintas) pada bagian arteri koroner yang tersumbat atau sakit. Jadi jalan pintas yang mulus ini memungkinkan darah dan oksigen dapat mengalir kembali ke otot jantung.

Pembuluh darah yang dipakai untuk bypass ini disebut graft; ujung yang sau dihubungkan dengan aorta ascenden sedangkan ujung yang lain akan disambungkan ke arteri koroner dibawah dari pada daerah penyempitan. Operasi bypass membutuhkan waktu 4 hingga 6 jam.

Pasien penyakit jantung koroner (PJK) yang dianjurkan operasi bypass adalah mereka yang hasil katererisasi jantung ditemukan adanya:

1) Penyempitan >50% dari arteri koroner kiri utama (left main disease), atau left main equivalent yaitu penyempitan menyerupai left main artery misalnya ada penyempitan di bagian proximal dari arteri anterior desenden dan arteri circumflex.

2) Penderita dengan 3 vessel disease yaitu tiga arteri koroner semuanya mengalami penyempitan bermakna yang fungsi jantung mulai menurun (ejection fraction <50%).

3) Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent.

4) Penyempitan 1 atau 2 pembuluh namun pernah mengalami henti jantung.

5) Anatomi pembuluh darah suitable (sesuai) untuk operasi bypass.

Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang tidak dianjurkan untuk operasi bypass adalah:

1) Usia lanjut

2) Tidak ada gejala angina

3) Fungsi ventrikel kiri jelek (kurang dari 30%)

4) Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung.

Komplikasi operasi bypass yang sering terjadi adalah pendarahan, infeksi, serangan jantung atau gangguan irama sampai pasien meninggal, gagal ginjal, stroke dan gangguan pernapasan. Pasien yang sudah dilakukan operasi bypass perlu mengikuti program rehabilitasi.

4. EECP (Enhanced External Counter-Pulsation)
Dengan tiga pasang manset yang dibalutkan di betis, paha dan pinggul. Manset ini mengembang pada waktu jantung relaksasi secara berurutan mulai dari betis, paha dan kemudian pinggul. Dengan demikian darah didorong balik dari perifer ke jantung sehingga meningkatkan tekanan darah diastol yang selanjutnya mendorong darah masuk ke dalam arteri koroner. Manset mengempis secara cepat pada waktu jantung berkontraksi, hal ini memberi tekanan negatif di perifer seolah-olah darah diisap keluar dari jantung.

Dengan prinsip kerja ini EECP mampu meningkatkan suplai darah kedalam arteri koroner membuka kolateral, dan mengurangi beban jantung. efek ini terbukti dalam penelitian dimana penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang setelah diobat dengan EECP terjadi perbaikan perfusi miokard, frekuensi serangan angina pektoris, dan jumlah obat jantung yang dikonsumsi berkurang, juga terjadi peningkatan waktu latihan. Selain memperbaiki fungsi jantung, EECP ternyata dapat memperbaiki fungsi organ-organ vital lainnya seperti otak, hati dan ginjal. Dosis EECP untuk penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah setiap hari 1 jam selama 36 jam. Yang dapat dilakukan di Klinik Prima Medika, Makassar, Sulawesi Selatan.

Kesadaran untuk mulai hidup sehat dengan menghindari faktor-faktor risiko di atas akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan sudah terlanjur terkena penyakit mematikan ini. Dari segi biayanya pun akan lebih ekonomis dalam pencegahan dibandingkan pengobatan (operasi ‘by pass’, obat-obatan) serta rehabilitasi yang harus dilakukan apabila ‘Si PJK’ sudah menyerang.

Tag:

2 Tanggapan to “kesehatan”

  1. Mr WordPress Says:

    Hi, this is a comment.
    To delete a comment, just log in, and view the posts’ comments, there you will have the option to edit or delete them.

  2. pup991 Says:

    ttep asik

Tinggalkan komentar